Beranda > Angst, Chapter, PG-15, Romance > Looking So Long (Part 4-End)

Looking So Long (Part 4-End)


Looking So Long (Part 4-End)

 

Written by :: Leekimmie

 

Cast ::

Kim Jaejoong (JYJ)

Park Ryemin (OC)

Jung Yunho (DBSK)

Choi Siwon (Super Junior)

Kim Junsu (JYJ)

Genre :: Romance/Angst/Chapter

 

Rate :: PG-15

 

Ini bagian terakhirnya FF saya. Sedikit memerlukan pemahaman soalnya banyak Flashback yang ga ada penandanya. Oke, cekidot…

Just for fun n’ have fun…

 

 

Terdiamnya Ryemin itu justru membuat Jaejoong cemas kini. Takut bila wanita itu ternyata tidak mempercayainya. Jaejoong tiba-tiba merasa bersalah. Dan ketika itu ia hendak berpaling. Namun ketika ingin pergi, sebuah tangan mungil menghadangnya. Menggenggam erat sebelah tangan Jaejoong hingga membuat pria itu berbalik. Ryemin menarik pria itu agar mendekat. Menarik diri untuk semakin dekat.

“Aku percaya. Aku percaya padamu, Oppa…” ucap Ryemin dibarengi senyum simpulnya. Mencoba memulai kontak mata lagi dengan pria itu. Terasa lega. Jaejoong tak lagi takut akan adanya berontak dalam hati Ryemin. Karena ternyata Ryemin tidak membencinya. Ia menarik lepas kedua sudut bibirnya, membentuk cekungan sabit yang tulus.

“Gomawo…” ucap Jaejoong kemudian.

oOoOo

Memori…

Sebuah kenangan indah

Walau kelam pasti tetap ingin

Ingin hati untuk tetap mengingat

Tapi…

Semua itu apakah tetap bisa

Tetap bisa muncul dalam lupa?

Akankah yang telah lupa bisa mengingatnya?

Kurasa itu sulit

Tapi aku percaya

Sebuah ketulusan pasti dapat melakukannya

Memanggil memori dalam perekam

Yang telah hilang sebelumnya

oOoOo

 

Bukk… wanita itu terjatuh. Meringis menahan perihnya. Ia ingin mencoba berjalan lagi, walau itu sulit. Begitu sulit jika harus kembali seperti semula. Namun ia terus berusaha, dengan menggunakan bantuan sebuah tongkat besi. Hingga terjatuh dan terluka.

Ryemin terjatuh saat mencoba menuruni tiga anak tangga yang ada di pelataran rumahnya, untuk menyambut kepulangan Jaejoong. Ia meringis menahan guratan perih yang menghiasi lututnya.

“Ryemin-ah?” Jaejoong segera turun dari mobilnya dan berlari menghampiri Ryemin yang masih terduduk di anak tangga. Pria itu menggendong tubuh ringkih Ryemin masuk. Perlahan Jaejoong meletakkannya di sebuah sofa besar di sebuah ruangan.

“Sebentar, aku mau mengambil obat merah.” Ucap Jaejoong, lalu ia berlalu mengambilnya dan segera kembali.

“Lain kali hati-hati, jangan lakukan itu lagi. Lihatlah, kakimu terluka!” ujar Jaejoong cemas sambil mengobati luka di lutut Ryemin.

“Ahh~ pelan-pelan…” rengek wanita itu sambil berusaha menyingkirkan tangan Jaejoong yang sedang mengompres lukanya.

“Mianhae… sebentar lagi selesai.” Ujar Jaejoong menenangkan. Ryemin menggigit bibir bawahnya menahan perih. Betisnya juga berdarah karena bekas jahitannya terusik.

“Sudah, Oppa… Sakit…” rengeknya lagi saat tangan Jaejoong mulai mengompres luka pada betis Ryemin.

“Tenang…”

“Selesai… lain kali hati-hati, jangan sampai kau terluka lagi. Arasseo?!” ujar Jaejoong lagi.

“Ne…”

“Kajja, Oppa bilang mau mengajakku ke suatu tempat…”

“Ani, kakimu terluka. Lebih baik kau istirahat saja.”

Ryemin cemberut. Rasa ingin taunya terlalu besar hingga tak ingin membuang-buang waktu. Ia memalingkan wajahnya dari Jaejoong. Ia hanya diam saat Jaejoong mengajaknya bicara.

“Aish~ arasseo… Kajja!” Jaejoong menghela napas menyerah.

oOoOo

Mobil Jaejoong melaju masuk ke sebuah tempat. Halaman yang menghijau indah. Jalan masuknya pun sudah di perbaiki. Sebuah taman kecil berada di samping jalan utama. Terlihat kolam ikan kecil nan indah di sisi yang berseberangan dengan taman yang juga kecil itu. Beberapa anak berwajah imut keluar dari sebuah bangunan sederhana tersebut, menyambut kedatangan Jaejoong dan Ryemin. Panti Asuhan, sebuah papan terpajang di atas bangunan itu.

“Ahjumma… Ahjussi…” beberapa di antara mereka berhambur mendekati Jaejoong dan Ryemin yang baru saja turun dari mobilnya. Mereka hanya tersenyum menanggapi anak-anak itu. Jaejoong masih sibuk menuntun Ryemin agar tidak terjatuh. Walaupun sudah dibantu tongkat besinya, tapi Jaejoong tetap tidak bisa membiarkan wanita itu melangkah sendiri.

Saat sampai di teras, sebuah tangan kecil terulur pada Ryemin. Membuat wanita itu bingung. Ia menoleh pada Jaejoong yang ada di sampingnya dengan tatapan penuh tanya. Pemilik tangan kecil itu tersenyum lebar ke arah Ryemin. Namun senyumnya memudar ketika harapannya sirna. Anak laki-laki itu menunduk dan memilih untuk menjauh, duduk termangu di sisi lain tempat itu. Jaejoong hanya membalas tatapan Ryemin dengan senyum simpul lalu melangkah mendekati anak kecil itu.

Jaejoong memilih diam dan duduk tepat di sampingnya. Lalu melirik anak itu ketika ia mendengar samar-samar isakan yang bersumber dari samping. Ia bergeser mendekat, merengkuh bahu mungil yang bergetar itu.

“Wae?” tanyanya sambil menundukkan wajah, berusaha melihat wajah imut di balik lutut itu. Jaejoong sedikit mengusap punggung anak itu dengan sayang hingga membuatnya mau walau sekedar mengintip Jaejoong dari balik celah kecil antara kedua lututnya.

Jaejoong sedikit bisa melihat sorot mata anak itu. Mata yang hitam dan bulat seperti miliknya. Mata yang berkaca-kaca seperti matanya saat ingin menumpahkan tangisnya. Tapi bedanya mata bulat hitam itu sudah tidak mampu menampung cairan yang membendung di pelupuknya sehingga terjatuh.

“Ahjussi, apakah Ahjumma sudah melupakanku?” tanyanya sendu, dengan sorot mata penuh harap. Sontak Jaejoong terdiam. Ia kembali ke kenangan masa lalunya bersama Ryemin.

“Junsu-ah, kemari! Jangan jauh-jauh! Awas kau ya!” teriak seorang pria sambil mengejar seorang anak laki-laki yang berusia sekitar lima tahunan. Di sebuah taman yang menghijau dan terbentang luas. Pria itu tampak terengah dan berhenti berlari. Ia berdiri membungkuk sambil memegangi lutut dengan kedua tangannya.

“Aish~ Ahjussi payah! Katanya dulu kau juara lari marathon?” ledek anak berkulit putih imut itu sambil menatap remeh pria itu.

“Hya! Apa yang kau katakan?! Ini berbeda, tadi Ryemin menyuruhku berlari dari rumah sampai ke sini, makanya aku lelah…” sanggah pria itu.

“Sudahlah… ayo kita kembali!” Ryemin tiba-tiba muncul dan sekarang sedang berdiri di samping Jaejoong, memegang bahu pria itu lalu tersenyum pada Junsu.

“Ahjumma~” lalu Junsu berhambur ke pelukan Ryemin.

“Nah, Junsu-ah… kau mau makan masakanku, kan?” Tanya Ryemin dibarengi senyumannya saat menggendong Junsu

“Ne, tentu, Ahjumma…” Junsu tersenyum, memperlihatkan gigi kelincinya yang berjejer rapi dan menggemaskan.

“Aigoo~ kau imut sekali!” seru Ryemin sambil mencubit gemas pipi Junsu, kagum.

Jaejoong langsung mengerucutkan bibir mendengar hal itu.

“Wae?” Ryemin bersimpati

“Chagi, kenapa hanya memujinya? Aku kan juga imut!” protesnya

“Hahaha~ dasar! Jangan kekanak-kanakan!”

 

 

Masa-masa itu, kenangan itu, kembali berseliweran di benak Jaejoong. Membuat pria itu semakin merasa bersalah. Tapi ia kembali tersadar oleh waktu yang akan terus membuai dan membawanya melaju cepat, meninggalkan semua yang berlalu bagai kisah-kisah kecil berseliweran dan tertinggal jauh di belakang. Jaejoong tersenyum kecut sambil menangkap hijau daun yang mengepul di taman kecil yang berada tak jauh darinya. Sedangkan anak kecil itu, Junsu. Ia terus memandangi Jaejoong. Tepat dalam matanya. Memastikan bahwa Jaejoong tak akan berlari dari pertanyaannya.

“Ahjussi?” bibir kecil itu bergetar, memanggilnya lirih.

Jaejoong tersenyum lebar, menoleh pada sumber suara.

“Tentu saja tidak” ia kembali merengkuh dan menggoyangkan bahu Junsu. Sejenak ia melihat sekilas senyum terpancar dari bibir Junsu yang membuatnya lega.

“Tapi, kenapa Ahjumma tidak…”

“Psstt~ lebih baik kita menemani Ahjumma, ara?” potong Jaejoong dan langsung menggendong Junsu, membawanya mendekati Ryemin yang duduk di serambi bangunan itu.

“Ryemin-ah, Junsu merindukanmu…” ucap Jaejoong riang. Namun Ryemin hanya menatapnya bingung. Memandang Jaejoong dan Junsu bergantian. Sorot matanya seperti ingin bertanya, “Siapa anak ini?” pada Jaejoong.

oOoOo

 

Jaejoong menyesap minumannya, lalu beralih pada Yunho yang duduk di depannya.

“Kau kenapa lagi?” Tanya Yunho antusias sambil tersenyum tipis. Jaejoong meletakkan cangkirnya perlahan lalu mengalihkan pandang pada jendela kaca di sampingnya, tepatnya memandang menembus jendela kaca tersebut. Menatap jalanan yang dipenuhi kendaraan-kendaraan pribadi yang berseliweran. Ia tersenyum.

“Aku hanya bingung, setiap kali bersamanya. Dia tak pernah lepas dari satu pertanyaan yang membuatku cukup bingung.” jawab Jaejoong kemudian

“Mwo?”

“Kau juga mengejarku dengan pertanyaan, kan?!” cibir Jaejoong

“Aish~ aku hanya bertanya.”

“Arasseo~ dia selalu bertanya…” Jaejoong menggantungkan kalimatnya. Ia memejamkan mata dan menghela napas berat.

“Kenapa semuanya bisa seperti ini? Dan kenapa tidak bisa mengingat apa pun…” Jaejoong memandang jalanan kembali.

“Kau tau, aku juga bingung kalau begitu” potong Yunho

“Dokter Jung ternyata bisa bingung?” ledek Jaejoong

“Hya! Baiklah, aku akan membantu…” Yunho tidak suka Jaejoong meledeknya. Lalu mereka saling tersenyum.

oOoOo

Matanya terpejam, menikmati hembusan angin yang berseliweran menimpanya. Rambut wanita itu berterbangan diterjang angin malam. Ia mendekap kedua tangannya di depan dadanya sambil tetap terpejam. Jaejoong datang dari arah belakang, terus melangkah mendekat dengan iringan senyumnya. Ia menuntun tangan Ryemin melangkah bersamanya.

“Sekarang, buka matamu…” pinta Jaejoong

Perlahan Ryemin mulai membuka mata, membiarkan pancaran cahaya menembus dalam retinanya. Bulat bola matanya sedikit demi sedikit mulai terbiasa. Ia mematung saat mendapati ia tengah berdiri di antara ratusan sinar terang yang mengelilinginya, membentuk lingkaran besar yang bergemerlapan.

Ia juga tersentuh saat perlahan beberapa orang yang begitu familiar baginya muncul dari balik pepohonan besar yang tak jauh darinya. Ia melihat Yunho membawa seikat bunga kesukaannya, ia juga melihat Siwon berjalan perlahan ke arahnya. Kedua pria itu tersenyum padanya. Disusul kemudian segerombolan anak kecil berjajar rapi sambil membawa lilin dan setangkai bunga di tangannya. Mereka tersenyum lebar, menampilkan barisan giginya yang rapi. Ryemin tersenyum, hatinya senang. Ia tak mampu lagi membendung tangisnya. Tapi Jaejoong segera menggenggam kedua tangannya dan berdiri persis di depannya. Lalu menghapus cairan bening yang tumpah dari pelupuk matanya.

“Kami semua menyayangimu…” ucapnya kemudian

Tapi tiba-tiba ia seperti terhanyut dalam sebuah pemutaran film dalam nyata. Tiba-tiba memori-memori yang dulunya menghilang, kini muncul satu per satu. Seperti bayangan yang berseliweran di antaranya.

Saat ia bermain bersama anak-anak panti asuhan itu, saat ia pertama kali bertemu Jaejoong, saat pertama kali ia bertemu Yunho dan saat pertama kali ia mengenal Siwon.

“Naneun Choi Siwon” ucap seorang pria bertubuh atletis memperkenalkan diri. Lalu ia memberikan sebuah buku bersampul darkblue pada Ryemin sambil tersenyum. Ryemin tersenyum lalu bergegas melangkah meninggalkan pria itu. Pertama kalinya ia bertemu dengan Siwon, disaat ia kehilangan sebuah bukunya yang tak lain jatuh di dekat lapangan basket dan Siwon lah yang menemukannya.

 

“Ryemin-ah, saranghae… Jeongmal saranghae…” ucap Siwon sambil memeluk erat tubuh Ryemin. Wanita itu hanya terdiam. Ia tak sanggup melepaskan pelukan itu. Suaranya bergetar, dapat ditebak bila pria itu menangis.

“Mianhae…” ujar Ryemin kemudian. Ia mencoba melepaskan diri perlahan.

“Kau benar-benar akan meninggalkanku?” Tanya Siwon sambil mencengkeram kedua bahu Ryemin. “Ryemin-ah, jebal… pikirkan sekali lagi…” pintanya lemah.

“Sudah kuputuskan. Aku akan menikah dengan Kim Jaejoong setelah ini. Dan kumohon, jaga dirimu baik-baik. Jangan bersedih… Annyeong~” ucap Ryemin sebelum ia berbalik dan berlari meninggalkan Siwon ditengah kegelapan malam.

“Choi Siwon?” ucap Ryemin setelah tersadar dari rekaman masa lalunya. Pria itu, Choi Siwon. Tersenyum sambil menatap hangat Ryemin.

Ia memandang salah seorang lagi. Pria dengan kumpulan bunga anyelir di tangannya itu membuat pandangan Ryemin terpusat padanya. Yunho tersenyum lebar.

“Kau harus banyak beristirahat. Kondisimu akan segera membaik.” Ucap seorang pria dengan pakaian serba putih pada Ryemin yang tengah berbaring di sebuah ranjang yang ada di rumah sakit itu. Ia membenahi beberapa peralatan medis yang ada di sekitar Ryemin.

“Ne, khamsahabnida~ tuan…”

“Jung Yunho, panggil saja Yunho. Ku lihat kau dekat dengan sahabatku, Jaejoong. Jadi secara tidak langsung kita berteman.” Potong Yunho. Ryemin tersenyum dibarengi Yunho.

 

“Ne. Kenapa Oppa tegang sekali?” tanya Ryemin saat merasakan raut muka Yunho yang memang tidak seperti biasanya.

“Mianhae, Ryemin-ah… Mungkin kali ini aku tidak bisa membantumu. Aku jadi merasa bersalah…” ucap Yunho lirih, menatap dalam manik hitam dalam bulatan mata Ryemin.

“Apa maksud Oppa?”

“Aku tidak bisa mencegah Jaejoong. Dia berencana akan menceraikanmu…” Yunho menunduk.

“Jung Yunho…” Ryemin menyebutkan nama pria itu setelah berhasil mengingatnya dengan jelas.

Lalu ia beralih pada segerombol anak-anak yang tengah membawa sebatang lilin dan setangkai bunga tulip di tangannya.

“Adik-adikku…” ucapnya

Lalu ia melihat sesosok anak kecil dengan sebuket bunga tulip berwarna-warni berlari menghampirinya.

“Junsu?” Ryemin menunduk memeluknya erat, berhambur dengan pelukan sosok mungil itu.

“Ahjumma…” Junsu turut menangis dalam pelukan Ryemin. Sama seperti wanita itu yang tak mampu membendung tangisnya. Mereka terhanyut dalam keterharuan masing-masing.

“Kau melupakan seseorang…” ucap Yunho pada Ryemin, sontak membuat wanita itu menoleh. Ia tampak kebingungan sampai seseorang itu muncul untuknya. Ryemin berdiri dengan tongkat besinya. Menatap pria yang mungkin dimaksud oleh Yunho dengan tatapan tajam, tepat saat mereka saling bertatapan dalam diam.

“Annyeong~ Bagaimana keadaanmu, Ryemin-ssi?” ucap Jaejoong yang terlihat gugup. Saat ini mereka sedang berada di ruang inap Ryemin bersama dua orang wanita paruh baya.

“Eungg?” Ryemin memandang heran pada Jaejoong yang tiba-tiba datang.

“Aku sengaja menjengukmu, karena sudah beberapa hari ini aku tidak bertemu denganmu.” Jaejoong pura-pura sudah mengenalnya. Lalu Jaejoong mendekat ke tempat Ryemin terbaring hingga akhirnya dua wanita paruh baya itu meninggalkan mereka berdua.

“Hya! Siapa kau?”

“Aku Kim Jaejoong. Mianhae, aku terpaksa bersikap seolah mengenalmu.”

“Untuk apa?”

“Aku ketahuan mengintipmu dari kaca itu. Jadi, daripada aku malu. Aku memutuskan untuk berakting.” Jaejoong tersipu, menggaruk tengkuknya sambil menatap Ryemin salah tingkah.

“Cih~ dasar!”

“Hya! Bukannya bagus kalau masih ada orang yang bersimpati padamu!”

“Aish~”

 

“Tunggu, Oppa~” Ryemin berteriak padanya, Jaejoong yang tengah melangkah tak bersemangat di antara deras air hujan yang mengguyur tubuh ringkihnya. Namun ia tak mempedulikan wanita itu. Ia terus melangkah terhuyung.

“Chakkamanniyo…” Ryemin memutar tubuh pria itu dan memeluknya erat. Ia menangis di bahu Jaejoong.

“Hiks… sudah kubilang, kan? Aku memilihmu. Aku…” ujarnya disertai isakan yang jelas menggema di telinga Jaejoong. Lalu ia mengeratkan pelukannya ke pinggang pria itu, semakin erat. Untuk menandakan kata apa yang menjadi kelanjutan dalam kalimatnya yang menggantung. Jaejoong menyandarkan kepalanya ke bahu Ryemin dan membalas pelukan wanita itu, hangat. Mengalahi rasa dingin yang menyeruak masuk tubuh mereka yang kini basah karena air hujan.

“Kau mencintaiku?” Tanya pria itu

“Ne, neomu johayo…” balas Ryemin, lalu ia semakin melesakkan wajahnya ke bahu Jaejoong.

 

“Tanda tangani surat itu! Selanjutnya biar aku yang urus!” ujarnya dingin tanpa melirik sedikit pun ke arah wanita yang ada di hadapannya itu.

“S… surat apa, Oppa?” Tanya Ryemin gugup. Dia tak berani walau sekedar menerka. Tapi ia mulai mengerti arah pembicaraan. Ia hanya menatap teduh pada Jaejoong.

“Surat gugatan cerai. Aku akan segera kembali untuk mengambilnya” balas Jaejoong sebelum ia beranjak meninggalkan Ryemin di ruangan itu.

Ryemin diam. Tidak bergerak, berhenti menghirup oksigen. Jantungnya serasa terhentikan. Dadanya tertekan, sesak. Pelupuk matanya penuh, menampung cairan yang siap meledak kapan saja. Ryemin berkedip pelan, ketika itulah mengalir. Air mata yang tertampung, air mata yang tidak diinginkannya. Basah. Pipinya terbasahi oleh air mata kekecewaan. Semakin sesak, dadanya semakin terasa tertekan saat tangan mungilnya bergerak pelan meraih kertas itu dan matanya mulai bergerak untuk membaca tulisan yang tercetak rapi di sana.

 

 

Tanpa sepasang itu sadari, ada sosok pria tampan dengan wajah keruh berdiri di belakang mereka. Tersirat kekecewaan di gurat wajahnya. Sayangnya Ryemin dan Siwon tak juga menyadari keberadaannya. Jaejoong menatap semakin tajam ke arah mereka berdua. Jaejoong yang tak sanggup lagi melihat pemandangan yang berdasarkan kesalah pahaman itu pun segera melangkah pergi. Tapi langkahnya yang tergesa malah membuat tangannya tak sengaja menyenggol sebuah kayu yang ada di sana. Sehingga kayu itu terjatuh dan mengagetkan Siwon dan Ryemin yang masih berpelukan.

Jaejoong mempercepat langkahnya. Karena ia tau, keberadaannya telah diketahui Ryemin dan Siwon.

“Oppa~” teriak Ryemin reflek tapi tak ditanggapi oleh Jaejoong. Ia segera berlari mengejar Jaejoong dan meninggalkan Siwon yang masih terdiam di sana.

Kecewa. Jaejoong merasa perceraian itu adalah hal yang paling tepat untuk mereka. Ia semakin mempercepat langkahnya saat mendengar panggilan dari Ryemin.

“Oppa~ Gajima~” teriak Ryemin yang berada jauh di belakang Jaejoong sambil terus berlari mengejar pria itu.

Tapi ia terlambat. Ketika itu Jaejoong sudah mencapai sebuah mobil merah yang terparkir di depan gedung itu. Ia disambut senyum oleh Jessica yang ternyata ada di dalam mobil itu dari tadi. Jaejoong segera menyalakan mesin dan melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi.

“Oppa~” Ryemin berteriak, tapi seakan semua itu hanyalah hembusan angin bagi Jaejoong. Wanita itu semakin menangis.

 

 

Ryemin semakin menangis. Ia menutup mulutnya dengan kedua tangannya, bulir-bulir air mata tumpah membasah. Matanya sembab. Bahunya bergetar. Ia menangis terisak. Di saat itulah Jaejoong datang, semakin dekat padanya. Hingga mereka hanya berjarak sejengkah, Jaejoong tersenyum padanya.

“Jaejoong Oppa…” Ryemin melangkah, tongkat besinya yang terjatuh tak ia pedulikan. Ia berhambur memeluk Jaejoong erat, menyembunyikan wajahnya pada dada bidang Jaejoong juga memeluk pinggang pria itu erat. Menyembunyikan sisa-sisa tangisnya untuk teredam dalam hati saja. Jaejoong membalas pelukannya erat.

THE END

Akhirnya kelar juga nih part… mian klu endingnya gaje, tidak diterima akal sehat. Soalnya aku juga bingung mau nulis apa lagi… oke, RnR yah… Author hitung sebagai sumbangan buat Tsunami Aceh.

Wkwkwk~ #plakkk *nih author gaje banget yah…* (-_-‘)

Next n See You…

  1. 30 April 2012 pukul 7:30 pm

    Aah *kipas kipas* aku bca endingnya bingung thor, tp bgus sh, aku suka 😀

  2. 13 Juli 2012 pukul 2:26 am

    happy ending akhirnya 😀

  3. 4 September 2012 pukul 4:12 pm

    agak bingung dikit.. tp suka bgt lah sama endingnya.. ffnya daebak!!

  4. 17 Oktober 2013 pukul 12:29 pm

    Keren sih thor, tapi menurutku lebih asik kalo sad ending.

  5. Caemayyasmine Yeojaexo
    12 Desember 2013 pukul 11:22 am

    Cukup bagus .

  6. Kim Jihyun
    28 Juni 2014 pukul 5:06 pm

    jehh endingnya rada nanggung-,-

  1. No trackbacks yet.

Tinggalkan Balasan ke qoyah cassie Batalkan balasan