Beranda > Genderswitch, Oneshoot > The Beginning Of Our Love

The Beginning Of Our Love


The Beginning Of Our Love

 

By Yuya Matsumoto

 

Cast: SiBum, Kibum (Genderswitch)

 

Genre: Genderswitch/Oneshoot

 

Desclaimer: Sungmin is always MINE… Forever

 

Warning: Abal, Membosankan, tidak sesuai EYD.

 

Ini hanyalah FF lama yang Author rewrite. Maaf jika tidak berkenan. Cast pertamanya adalah Siwon dan Yuya, lalu skrg jadi Siwon-Kibum. FF pertama maka penulisan masih kacau.

.

.

\(^.^) Happy Reading (^.^)/

 

 

Aku menatap kesal ke arah jam dinding di depanku. Menunggu adalah hal yang benar-benar aku benci. Ditambah lagi dengan suasana taman yang begitu romantis. Semua orang berpasangan, sedangkan aku sendiri. Aku menatap lagi jam dinding di air mancur itu. Satu jam sudah aku menunggu, tapi dia tak kunjung datang. Tiba-tiba aku teringat kejadian 3 tahun yang lalu, peristiwa bersejarah dalam hubungan kami.

 

.

Flashback

.

Horikoshi High School, sekolah elit dimana aku belajar selama ini. Dua kemungkinan bisa masuk  sekolah ini. Pertama, kamu selebritis terkenal dan kaya. Kedua, kamu anak yang sangat pintar. Aku bukan termasuk ke dalam kategori itu semua. Aku hanyalah pelajar biasa yang tidak pintar, apalagi kaya raya. Keberuntungan semata yang membuatku bisa bersekolah di sekolah impian ini. Di sekolah ini, peraturan begitu ketat. Selebritis tidak boleh bergaul dengan kami, pelajar regular. Bergaul saja tidak boleh, apalagi berpacaran. Jangan harap! Kegiatan yang biasa dilakukan adalah belajar. Aku berusaha sekuat tenaga untuk mendapatkan beasiswa full. Susahnya….

Di sekolah yang membosankan ini, aku mempunyai seseorang yang selalu membuat aku tertawa. Seorang murid pria yang tingkah lakunya paling berbeda. Aku tak tahu ia berada di kelas mana, siapa namanya, dan apa kesukaannya. Begitu misterius. Murid pria ini sering kupanggil Mr. M atau Maru. Pertama kali aku melihat dia, ketika ia menumpahkan makanannya ke baju Yoona, siswi paling cantik di sekolah. Aku juga pernah melihat ia menjatuhkan buku-buku yang sedang dibawa. Masih banyak lagi hal-hal konyol yang dia lakukan. Semenjak itu aku merasa tertarik padanya. Seakan ada hiburan gratis, karena setiap ada dia pasti ada hal lucu yang terjadi.

“Wookie, ke perpus yuk! Aku mau mengerjakan tugas kimia tadi pagi”ajakku pada Wookie, sohibku tersayang, sang master Fisika. “Maaf, Bum! Aku sibuk banget. Kamu sendiri aja dulu ya! Nanti aku menyusul”tolak Wookie padaku. Wookie sedang sibuk mengajarkan Fisika kepada teman-teman.

Perpustakaan adalah tempat paling wajib dikunjungi di sekolah ini. Rak-rak yang menggunung penuh dengan buku pelajaran, ensiklopedia, novel, bahkan komik. Perpustakaan ini lengkap dengan fasilitas, seperti akses internet non stop, televisi dengan channel internasional, bahkan ada tempat menonton film. Tanpa basa-basi, aku menuju rak buku Kimia di lantai dua. Rak yang paling jarang ku kunjungi. BRAAAAK…. Aku mancari asal suara itu. Kulihat seseorang tertimpa buku-buku.

“Kamu nggak apa-apa?”tanyaku sambil menyingkirkan buku-buku dari atas tubuhnya. Ia diam, tak menjawab. Ia membereskan rambutnya yang berantakan, lalu dengan cepat ia langsung berdiri. Ia membungkukkan badan seraya berterima kasih padaku. Aku tertawa kecil. Maru?! Aku membantunya memasukkan buku satu per satu ke dalam rak. Ia masih saja diam seribu bahasa. Ia meninggalkanku.

Maru menaruh buku-buku diatas meja, lalu ia duduk. Aku mengikutinya. Tanpa seijinnya, aku duduk di sampingnya. “ehem,, kamu pintar Kimia nggak?”kataku melirik buku Kimia tebal yang dibacanya. “Tolong ajarin aku donk!”kataku memohon. Ia mengulurkan tangannya. Hah? Apa sih? Aku terbengong bingung. Ia menggoyangkan tangannya seraya meminta sesuatu. Aku masih bingung. Ia menarik buku Kimiaku, lalu menulis sesuatu yang aku tak paham. Tak selang beberapa lama, ia mengembalikkan buku itu. Wow, tugas Kimiaku selesai. Semua, tanpa terkecuali. Aku menatap kagum buku tugasku yang penuh dengan jawaban. Aku tak menyadari bahwa Maru sudah pergi entah kemana.

Kantin,

“Tadi kemana?”sapa Wookie padaku. Aku terkaget. “Hah?”

“Aku ke perpus, tapi kamu ga ada”tanya Wookie sambil memakan kentang gorengku.

“Tadi aku ketemu Maru. Lihat! Lihat!”jelasku pada Wookie sambil menyodorkan buku tugas Kimia.

Wookie membolak-balik bukuku. Ia terbelalak tak percaya. “Ini semua udah selesai? Nyontek darimana?”curiganya.

“Enak aja! Maru yang mengerjakan ini”jelasku. “Tadi aku…”

“EH COWOK CUPU… AWAS! MERUSAK PEMANDANGAN AJAH!!!”teriak Yoona kepada seorang murid yang duduk seorang diri di pojok. Yoona memang sering berlaku seenaknya. Mungkin karena ayahnya seorang Kepsek sekolah ini.

Murid itu menunduk, lalu kebingungan. Ia duduk dibawah, melanjutkan kegiatannya. Aku menariknya berdiri. “Ikut aku. Jangan makan di bawah begini”ajakku kepada Maru. Ya, lagi-lagi Maru membuat ulah. Ia menahan langkahnya, berusaha menolak. “Udah ikut ajah. Mejaku masih kosong”

Yoona dan gerombolannya memberikan tatapan hina kepada kami. “Cieeeee,,, si CUPU JELEK RUPA PUNYA PACAR!!!” “EHEM… EHEM…” Hina mereka kepada kami

Akhirnya Maru duduk bersamaku dan Wookie. Ia masih diam dan menunduk. “Aku Wookie”kata Wookie memperkenalkan diri. Maru hanya diam, tak menyambut jabatan tangan Wookie. Senyum Wookie menghilang.

“Sebelumnya terima kasih ya. Kamu sudah mengerjakan tugas Kimiaku. Aku Kibum. Kamu siapa?”kataku mengulurkan tangan. Maru hanya diam sambil menghabiskan makan siangnya. Suasana membeku di antara kami bertiga. Tiba-tiba Maru berdiri, meninggalkan kami berdua.

Sebulan sudah berlalu semenjak peristiwa di perpustakaan dan kantin itu. Kini aku semakin rajin belajar di perpustakaan, terutama Kimia. Setiap hari aku mencari Maru di tempat persembunyiannya. Aku berdalih ingin mengerjakan tugas Kimia. Ia pun mengerjakan tugas-tugasku dengan sangat baik. Pada siang hari aku selalu mengajak Maru duduk bersamaku dan Wookie. Namun Maru belum pernah sekali pun mengucapkan kata-kata kepadaku. Kalau ia mau berbicara, ia menuliskannya di notebook. Ia pun selalu menunduk, seakan takut kepadaku. Sedihnya…

Hari Minggu, udara begitu panas menyengat. Aku malas sekali keluar rumah, tapi mama menyuruhku berbelanja. “Panas, panas banget sih! Nggak ada angin pula”keluhku sambil mengibas-ibaskan baju. Keringat sebesar jagung mengalir deras di seluruh tubuhku. Aku menatap langit, berharap awan dengan murah hati menutupi sebagian matahari untuk mengurangi sengatannya. “Yea.. ada supermarket. Beli ice cream aaah”seruku senang melihat Supermarket di seberang jalan. Tanpa pikir panjang, aku menyebrang jalan sambil berlari. CIIIIT!!!! BRAAAAAK!!

Sebuah Mercedes Benz SLR McLaren Roadster menabrakku. Aku terjatuh. Semua isi kantong belanja berserakan di aspal. Seorang pria—tinggi, memakai kemeja, dan kacamata hitam—turun dari mobil. Aku berusaha berdiri, tapi kakiku terluka. Pria itu menatapku dari balik kacamatanya. Ia mengeluarkan dompetnya. Ia memberikan sejumlah uang yang banyak kepadaku. Aku terdiam, menahan sakit. Ia menyelipkan uangnya ke salah satu kantong belanjaku. Tanpa bicara sepatah katapun, ia pergi meninggalkanku yang masih shock dengan tabrakan ini.

.

\(^o^)/ ~YuyaLoveSungmin~ (=w=”)

.

Wookie membantuku membawa makan siang. “Jadi kamu ditabrak orang? Trus dia lari gitu?”tanya Wookie untuk ke sekian kalinya. “Hai, Maru”sapa Wookie kepada Maru yang sudah duduk terlebih dahulu di meja kami. Aku dan Wookie asal saja memanggilnya Maru, karena selama ini dia tetap tidak mengucapkan sepatah katapun pada kami.

“Ya ampun, Wookie! Harus berapa kali aku bilang, aku tertabrak mobil dan ia pergi begitu aja”kesalku sambil mengambil makan siangku dari sisi Wookie.

“Tadi kamu bilang dia mengendarai Mercedes Benz? Wah, ganteng nggak?”tanya Wookie bersemangat.

“Bukan itu masalahnya, Wookie! Kakiku ini. Kalau sampai nggak bisa sembuh sempurna, trus harus diamputasi gimana?”

“Uhuk… uhuk… uhuk…”sedak Maru. Ia memukul dadanya.

“Hya ampun, Maru! Minum dulu.. minum”kataku sambil memberikan minum kepada Maru. Aku menepuk-nepuk punggung Maru.

“Terimakasih”ucap Maru. Aku dan Wookie terbelalak. Kami saling pandang dan tersenyum senang.

“Lebay ah! Luka begitu sih besok juga sembuh”ujar Wookie kepadaku, mengacuhkan Maru yang sudah bisa mengatur nafasnya kembali.

“Tapi kan,”keluhku.

“Makanya fokus. Liat nih! Liat”potong Wookie sambil menyodorkan sebuah majalah padaku. “Ini model baru. Namanya Siwon. Dengar-dengar ia juga sekolah di sini. Ganteng kan?”riang Wookie, memperlihatkan seorang model tampan kepadaku. Sepertinya aku pernah melihatnya.

Aku tak peduli. Aku masih menahan rasa sakit di kakiku. “Model itu harus ganteng, kalau nggak ganteng bukan model”ketusku sambil mengaduk makan siangku. “Terus kalau ia memang di sekolah ini, kamu mau apa? Mencarinya? Mendekatinya? Menjadikannya pacar? Jangan mimpilah”

“Kibum kok ketus gitu sih. Emangnya kenapa kalo aku pacaran sama dia?? Aku dan dia cocok kan, Maru?”tanya Wookie, mencari pendukung. Maru mengangkat jempol kanannya. “Yea… Maru aja bilang cocok kok”riang Wookie.

“Masalahnya dia mau nggak ma kamu?”ketusku. Wookie memukulku. “AAAH, KIBUM!!!”omelnya.

Maru beranjak dari duduknya. Ia pergi menuju tempat cuci piring. Salah satu aturan di sekolah ini adalah setiap piring harus dicuci sendiri setelah makan. Aku melihat Yoona berjalan menuju Maru. Aku mencium gerak-gerik mencurigakan dari Yoona.

“Heh, cupu! Cuci piringku juga. Cuci sampai mengkilap”perintah Yoona kepada Maru. Yoona melemparkan piringnya ke atas wastafel. Aku mengambil piring Yoona, lalu mengembalikan kepadanya.

“Cucilah sendiri. Itu sudah menjadi peraturan di sekolah ini”kataku sambil menunjuk papan di dinding yang bertuliskan ‘CUCILAH PIRINGMU SETELAH MAKAN. BUDAYAKAN HIDUP BERSIH’

“Kamu memerintahku??”bentak Yoona marah.

“Tidak. Aku hanya memberitahukan hal yang sebenarnya kepadamu. Jangan karena ayahmu Kepsek sekolah ini, kamu jadi bertindak seenaknya”jelasku. “Ikuti peraturan seperti kami taat mengikutinya”

“Berani-beraninya kamu menceramahiku”marah Yoona. Wajahnya begitu menyeramkan, menyiratkan ia ingin memakanku. Tiba-tiba dalam hitungan sepersekian detik, tangannya melayang ke arah wajahku. PLAAAAK!!!

Tangan Yoona mendarat di wajah Maru. “Maru, kamu nggak apa-apa?”tanyaku sambil melihat pipi Maru yang terluka. “Eh, kamu apa-apaan sih? Seenaknya saja”marahku. Aku sudah tak bisa menahan amarahku. “Dasar kamu…”

Tangan kiri Maru menahanku yang sudah bersiap menerkam Yoona. “Cukup, Kibum. Yoona, Maafkanlah kami. Kami tidak akan melawanmu. Aku akan mencuci piringmu. Sungguh maafkan kami”ujar Maru sambil membungkuk dalam, memohon maaf untukku.

“Maru, apa yang kamu lakukan? Ini bukan kesalahan kita”kataku mencoba mengangkat kepala Maru.

Maru mendorongku. Ia memaksaku untuk ikut membungkuk. “Maafkan kami. Jangan salahkan Kibum. Semua kesalahanku”katanya sambil menahan punggungku dalam posisi membungkuk. Aku tertegun mendengar kata-kata Maru. Ia membelaku.

“Hari ini aku memaafkan kalian dengan hukuman, kalian harus mencucikan semua piring murid di sini”kata Yoona licik. “Lain hari aku tidak akan memaafkan kalian”kata Yoona sambil berlalu pergi.

Wookie berlari menghampiri kami. Ia terlihat begitu khawatir. “Kalian nggak apa-apa?”tanya Wookie khawatir. Maru tersenyum. Ia mengancungkan jempolnya, menandakan ia baik-baik saja.

“Apanya yang nggak apa-apa? Pipimu bengkak begini”kataku sambil melihat pipi Maru. Maru diam saja, mencuci piring. “Wookie, tolong ambilkan P3K set yah”mohonku pada Wookie. Wookie secepat kilat menghilang dari hadapanku dan Maru.

Maru mengambilkan bangku untukku. Aku menolaknya. Wajahnya marah, ia memaksaku duduk. Maru kembali melanjutkan mencuci piring. Aku membantunya mengeringkan piring. Wookie kembali dengan P3K set di sisinya. “Ini… ini”katanya tersengal-sengal, memberikan P3K set padaku.

Sekarang giliranku memaksa Maru duduk. Aku mengoleskan bethadine ke pipi Maru yang terluka. “Terbuat dari apa tangan Yoona itu? Ia pasti memang berniat mencakarku. Pipimu sampai bengkak seperti ini. Maafkan aku, Maru”sedihku melihat keadaan Maru. Maru tersenyum, memberitahuku bahwa ia baik-baik saja.

“Lagian kamu ceroboh banget. Kamu mau dikeluarkan dari sekolah ini? Bertahan di sini saja, sudah menguras tenagamu. Sekarang berani-berani melawan Yoona. Cari mati, ya?!”omel Wookie bertubi-tubi padaku. Maru mengacungkan jempolnya, menandakan ia setuju. Aku terharu. Kedua orang ini begitu mengkhawatirkanku. Aku menutup luka Maru sambil menahan tangis.

Keesokkan harinya, Maru tidak masuk sekolah. Aku mencarinya di perpustakaan, tapi ia tak ada. Di kantin pun tidak ada. Apakah ia sakit?

“Tenang aja, Bum! Besok pasti dia masuk kok”kata Wookie menenangkanku.

Apa yang diucapkan Wookie tidak terjadi. Dua minggu telah berlalu, tapi Maru tetap tidak masuk sekolah. Apa ia sakit parah? Apa ia memutuskan untuk pindah sekolah? Apakah ia membenciku? Semua pertanyaan hinggap dalam benakku. Aku harus menemuinya. Aku harus datang ke rumahnya.

Aku mencari tahu alamatnya kepada guru, namun namanya saja aku tak tahu. Apa yang harus aku perbuat? Oh iya. Perpustakaan! Secepat kilat aku menuju perpustakaan. Aku menghampiri Luna, murid yang bertugas di perpustakaan hari ini. “Luna-ah, kamu tahu siapa nama murid pria yang selalu bersamaku?”

“Siapa?”tanya Luna-ah bingung.

“Murid pria yang selalu bersamaku beberapa hari ini”kataku. Luna terlihat masih bingung. “Murid pria yang rambutnya berantakan, memakai kacamata tebal, dan ia tinggi. Ia biasa meminjam buku kimia”jelasku.

“Kamu ingat kira-kira terakhir ia meminjam buku?”tanya Luna.

“Dua minggu lalu. Aku juga meminjam buku saat itu”jelasku.

Luna membuka buku peminjaman. Ia menemukan namaku dan beberapa nama murid. Ia mencari kartu perpustakaan dengan nama murid yang sama pada hari itu. Setelah cukup lama ia mencari, ia menemukan sebuah kartu yang mungkin milik Maru. “Ini dia. Namanya Choi Siwon”jelas Luna sambil menunjukkan kartu itu padaku. Benar, itu Maru. Fotonya tertera di sana.

Aku bergegas menuju ruang guru, menanyakan alamat Maru. Ah, aku belum terbiasa memanggilnya Siwon. Siwon? Sepertinya aku pernah mendengar nama itu.

Sepulang sekolah, aku pergi ke rumah Maru. Seorang diri, tanpa Wookie yang lagi-lagi sibuk dengan kegiatannya. Maru tinggal di perumahan elit. Rumah-rumah di kompleks ini begitu mewah, seperti istana. Aku mencari dan terus mencari. ‘Rumah 242, rumah 243, rumah 244, rumah 245’batinku. Rumah No. 245 adalah rumah terakhir di perumahan ini. Rumah yang terletak paling ujung dan terbesar, adalah rumah Maru. Aku mengerjapkan mata tak percaya. Wah, ternyata Maru adalah anak yang sangat kaya. Saking terpesona, aku hampir lupa tujuanku ke sini. Aku menekan bell.

“Mencari siapa ya?”tanya seseorang dari seberang.

Aku menatap dalam ke arah kamera. “Aku mencari Maru, eh, Choi Siwon. Apakah ia ada?”

“Tuan Siwon tidak ada. Lebih baik kamu pulang saja”usir halus dari orang diseberang sana.

Aku memutuskan untuk menunggu Maru diluar. Aku berharap bisa bertemu dengannya. Aku menunggu dan terus menunggu. Matahari pun telah tenggelam. Udara yang panas menyengat, berubah menjadi dingin menusuk. Aku menggigil. Maru tak kunjung pulang. Apakah aku harus terus menunggu? Lebih baik aku pulang sekarang, besok aku akan kembali lagi. Ketika aku melangkah pergi, sebuah mobil berhenti di depanku. Seseorang turun dari dalam mobil.

“Hei, apa yang kau lakukan di depan rumahku?”tanya seorang pria tinggi, tampan.

Aku terbengong. Aku menatap mobil didepanku. Sepertinya aku mengenali mobil ini,  Mercedes Benz SLR McLaren Roadster warna silver yang menabrakku. “Hyaaa…”teriakku menunjuk pria itu. “Kau yang menabrakku dua minggu lalu”marahku.

Pria itu kaget. “Hah, apa maksudmu? Jangan asal tuduh ya!”

“Kau harus bertanggung jawab. Kakiku terluka”kesalku sambil menarik kemeja pria itu.

“Apa-apaan sih?”kata pria itu kesal. Ia menarik kemejanya dari tanganku. Ia bergegas naik ke dalam mobilnya. Aku mengetuk kaca mobil. Mobil itu secepat kilat masuk ke dalam rumah, meninggalkan aku sendiri di luar.

Keesokan paginya, aku kembali mengunjungi rumah Maru. Aku membawakan makanan kesukaannya, spaghetti. Hampir setiap siang aku melihatnya memakan spaghetti di kantin. Aku berharap ia menyukainya. Seharian ini, aku hanya memikirkan Maru. Wookie bertanya padaku, apakah aku berhasil bertemu dengan Maru. Aku menggeleng lesu. Wookie menyemangatiku. Sore hari, sepulang sekolah, Wookie ikut bersamaku pergi ke rumah Maru. Kali ini aku membawakan fotokopi catatanku. Lagi-lagi pelayan Maru yang keluar menemui kami. Ia memberikan tempat makanku dan sepucuk surat. Ia mengambil fotokopi catatan kami, lalu ia masuk ke dalam rumah, tanpa mempersilakan kami masuk.

Aku membaca surat itu. ‘Dear, Kibum. Terima kasih spaghetti-nya. Aku sangat menyukainya. Dari Maru’ Surat yang singkat, jelas, padat. Tak ada penjelasan apapun.

Malam ini aku melanjutkan kegiatanku. Kerja part time di sebuah restaurant Jepang bersama Wookie. Aku sangat senang bekerja di restaurant ini karena bos-nya baik dan kami memakai Yukata. Aku sangat suka memakai Yukata, serasa aku ada di Jepang. Hari ini pelanggan begitu ramai, sehingga pekerjaan kami begitu banyak. Sibuk, sibuk, dan sibuk. Aku mengantarkan makanan ke meja No. 8.

“Permisi tuan! Ini makanan yang tuan pesan”kataku sambil menaruh makanan di atas meja.

“Hei! Kau yang kemarin kan? Dasar penguntit”

Aku menatap kaget ke arah pelangganku. Pria ‘tengil’ itu lagi. “Apa? Enak saja! Anda yang mengikuti saya!”kesalku.

“Siapa dia, siwon?”tanya seorang pria di depannya.

Siwon? Apa? Namanya Siwon? Sama dengan Maru. “Nggak kenal. Dia penguntit. Dia mengikuti saya dari kemarin”

“Enak saja! Kamu tuh yang penguntit. Dasar cowok tengil”bentakku marah.

“Kurang ajar ya sama pelanggan! Nggak sopan”marah pria ‘tengil’ itu. Ia berdiri memelototi aku.

Wookie bergegas menghampiriku. “Ada apa, Kibum?”, tanya Wookie padaku. “Maaf, tuan-tuan. Maafkan teman saya. Silakan dimakan pesanannya. Permisi”, ujar Wookie ramah kepada dua orang pria itu. Wookie menarikku ke dalam ruang karyawan. “Kamu kenapa sih Kibum? Kamu nggak kenal siapa dia? Dia itu Siwon, model yang dulu pernah aku beritahu”bisik Wookie menggebu-gebu.

“Nggak kenal. Yang aku tahu, dia itu pria yang menabrakku dulu. Sudahlah! Aku nggak mood membicarakannya”kataku lelah. Aku kembali bekerja dan membereskan meja-meja. Hari ini pekerjaan begitu banyak, sehingga kami pulang agak larut malam. Badan rasanya mau rontok.

Pagi ini aku mengantarkan makanan untuk Maru. Seharian aku menguap, karena aku belum tidur semalaman. Aku mengerjakan tugas Kimia, membantu mama dengan pasiennya, dan mengerjakan tugas lainnya. Siang ini aku bergegas ke perpustakaan, mengerjakan makalah bahasa inggris. Darimana datangnya tugas-tugas ini, seperti luapan tsunami yang tidak bisa ku tahan. Bel pulang sekolah berbunyi. Aku berlari kembali ke perpustakaan, mencari bahan materi biologi untuk ujian minggu depan. Butuh waktu satu jam untuk mendapatkan buku-buku yang tepat. Wookie memanggilku ketika aku berada di lorong kelas. “Kibum, tadi kemana aja? Udah ketemu Maru? Tadi dia ke kelas. Sepertinya meninggalkan sesuatu. Aku pulang duluan ya?”kata Wookie melambaikan tangannya. Ia bergegas pergi tanpa menungguku mengucapkan sepatah kata.

Aku melihat tempat makanku diatas meja. Aku meletakkan buku-buku biologi yang baru saja kupinjam ke atas meja, lalu membaca sepucuk surat yang diletakkan di bawah tempat makanku.

Dear Kibum. Lebih baik kamu berhenti memberikanku sarapan. Makananmu sangat enak. Aku hanya takut akan ketagihan nanti. Berhentilah datang ke rumahku dan berhenti membawakan catatanmu. Terima kasih kamu sudah sangat berusaha untukku. Lebih baik kita jangan lagi berteman. Aku tak mau melukaimu. Dari Maru

Tak terasa airmataku sudah mengalir deras. Aku menatap keluar jendela. Aku melihat sosok Maru di dekat gerbang sekolah. “MARUUUUUU!!!!”, teriakku. Ia tak menoleh, tetap berjalan lurus keluar sekolah. Aku berlari keluar kelas, berharap masih dapat menjangkau Maru. Tapiakuterlambat, Maru telah menaiki mobilnya. Aku tak dapat menahan tangisanku yang semakin keras.

Aku membereskan semua buku-buku ke dalam tasku. Aku bergegas pergi ke rumah Maru. Aku harus meminta penjelasan darinya. Pelayan Maru menolak kedatanganku. Ia mengusirku. Aku tetap bersikeras menunggunya di luar rumah. Apapun yang terjadi, aku harus meminta penjelasan dari Maru.

Angin dingin menusuk ke dalam tulang-tulangku. Aku menggigil. Suara halilintar bersahut-sahutan. Aku menangis. Langit pun ikut meneteskan airmatanya. Hujan deras, angin kencang dan halilintar yang bersahutan, seakan menggambarkan kepedihan hatiku. Maru, kenapa kau melakukan semua ini padaku? Apa salahku? Aku mohon jelaskan semuanya. Pertanyaan-pertanyaan membebani otakku. Dadaku terasa sangat sesak. Semakin malam, hujan pun semakin deras. Aku masih berdiri di depan rumah Maru. Aku berharap ia mau menjelaskan semuanya. Kepalaku rasanya berat sekali. Aku merasa pening. Seragamku sudah lembab, basah tak berbentuk. “Hachiiii!!!” Aku menggigil. Tubuhku terasa dingin sekali. Aku merasa begitu ringan. Mataku tak bisa melihat jelas. Aku sungguh tak kuat lagi. BRAAAAK!!!

 

.

\(^o^)/ ~YuyaLoveSungmin~ (=w=”)

.

Aku membuka mataku. Aku melihat seseorang duduk di samping ranjang. Ia memegangi tanganku, tertidur. Aku melihat sekeliling. Aku berada di atas ranjang yang besar. Ruangan ini begitu luas dan interiornya begitu mewah. Aku ada dimana? Tangan kiriku diinfus. Apa yang terjadi?

Pria itu terbangun. Pria ‘tengil’?! “Kamu baik-baik saja, Kibum?”tanya pria ‘tengil’ seketika ia terbangun. Mimik wajahnya begitu cemas. Ia mengelus pipiku dengan lembut.

“Hyaaa… Apa yang kau lakukan padaku? Ini dimana?”, tanyaku takut.

Ia memelukku dengan erat. “Untunglah kau baik-baik saja”katanya, tak mempedulikan pertanyaanku.

Aku mendorong dirinya dari tubuhku. “Apa-apan kau!!! Seenaknya saja. Aku dimana?”

“Kau ada di kamar Maru”jawabnya muram.

“Hah? MARU?? DIMANA IA SEKARANG?”tanyaku memaksanya menjawab.

“Kenapa kau selalu mencari Maru? Kenapa selalu Maru? Apa lebihnya dia dibandingkan aku?”katanya kesal sambil memegang erat kedua bahuku.

“Karena kau memang berbeda dari Maru”jawabku menahan tangis. Tatapan pria ‘tengil’ begitu dalam dan menakutkan.

“Aku jauh lebih baik darinya. Aku tampan, sedangkan ia buruk rupa. Apakah kau begitu menyukainya dibandingkan aku?”

“Ya. Aku menyukainya. Aku sangat menyukainya. Tak puaskah kau mengetahui semua ini? Aku tak..”

Bibirnya menyentuh bibirku dengan lembut. Aku terbuai. No, no, no…. ciuman pertamaku. Aku mendorong tubuhnya menjauh dariku. Aku menutup bibirku. Aku menangis.

“Maafkan aku, Kibum. Maaf”kata pria tengil itu. Ia menundukkan kepalanya. Ia terlihat sangat menyesal. “Aku sungguh tak bermaksud untuk melukaimu seperti ini. Aku hanya takut kamu lebih menderita bila mengenalku. Oleh karena itu, aku menulis surat perpisahan padamu. Aku tak menyangka kau akan berbuat nekat seperti ini. Maaf”

Surat? Menulis surat? “Apa maksudmu?”tanyaku bingung. Airmataku berhenti seketika.

“Aku adalah Maru”kata pria tengil itu sambil meletakkan tanganku ke dadanya. Aku shock sekaligus bingung. Aku mengerjapkan mata. “Kamu tidak percaya?”tanyanya. Ia mengambil sebuah kacamata tebal diatas meja, lalu ia membuat rambutnya berantakan. Seketika ia sudah berubah seperti Maru.

Aku terbengong. “Jangan buat dirimu seperti Maru! Kau bukan dia”teriakku kesal.

“Inilah alasan mengapa aku ingin berpisah darimu. Aku takut kamu tidak mempercayaiku, lalu membenciku. Aku dan Maru adalah dua pribadi berbeda dengan satu orang yang sama. Aku adalah Maru, Kibum! Tolonglah percaya!”katanya meyakinkanku.

Ia mengambil photo album. Ia menunjukkan foto Maru bersamaku dan Wookie yang kami ambil beberapa minggu yang lalu. Ia pun mengambil buku-buku. Ia menunjukkan buku-buku Kimia Maru yang pernah kucoret-coret. Buku Kimia yang penuh dengan tulisan isengku. Ia juga mengambil kertas-kertas. Kertas fotokopi catatanku, kertas tulisan iseng percakapanku dan Wookie di perpustakaan, kertas surat yang aku berikan kepada Maru.

Aku menangis keras. Ia adalah Maru. Maru yang begitu kusayangi dan kucintai. Aku memeluk pria tengil. “Maru”bisikku di telinganya.

Ia menatap mataku. Bibirnya menyentuh bibirku dengan lembut. Sentuhannya begitu hangat. “Kibum, saranghae yo”ujarnya, lalu ia menciumku begitu dalam.

Aku tertawa kecil. “Kenapa?”tanya Maru bingung.

“Hahaha… bodohnya aku! Pantas saja nama kalian sama, Choi Siwon. Ternyata satu orang yang sama. Kenapa aku baru sadar?! Sekarang aku harus memanggil Siwon atau Maru?”

Siwon mengelus kepalaku dengan lembut. “Siwon, of course!”kata Maru, eh, Siwon. Aku tak pernah menyangka seorang super model, Choi Siwon, menjadi pacarku.

“Lebih ganteng Maru ah!”ledekku. “Hehe…”

“Yang bandel harus diberi hukuman”kata Siwon menggodaku. Ia menciumku lagi. Ia mengelus pipiku dengan lembut. Ciuman yang dalam dan begitu hangat.

 

.

Flashback End

.

Aku tersipu malu. Aku tertawa kecil. Mengingat peristiwa tiga tahun lalu, selalu membuatku tak percaya dengan segala yang terjadi. Siapa yang pernah menyangka aku, seorang gadis biasa, berpacaran dengan artis serba bisa, Choi Siwon? Tak ada yang pernah menyangka hubungan kami awet sampai detik ini. Aku sungguh bersyukur, hanya aku yang mengetahui keberadaan Maru dalam dirinya. Oh, ya Wookie juga mengetahui semua ini. Seorang sahabat yang harus ikut serta dalam kebahagiaanku.

“Hayo, kenapa ketawa sendirian? Bengong jorok yah?”Tanya Siwon yang tiba-tiba datang. Nafasnya masih tersengal-sengal. Pasti ia berlari menuju taman ini.

Aku memasang wajah usil. “Iya. Mikirin kamu dicium sapi. Hehe….”ujarku sambil menjulurkan lidahku.

“Nakal yah”ujar Siwon sambil mengelus kepalaku. Ia memberikan buket bunga mawar putih kesukaanku. “Maaf yah. Aku telat. Tadi ada meeting mendadak”

Aku menggelantungkan kedua tanganku di lehernya. Aku menyentuhkan bibirku ke bibirnya singkat. “Yang nakal harus dikasih hukuman”kataku, lalu mencium pipinya. “I Love You. Happy third anniversary”bisikku padanya.

Ia mendekapku erat, mengangkat tubuhku. “Thanks god for giving me a such beautiful girl” Ia menciumku.

Dalam dekapan seorang yang paling kusayangi, Sakura berguguran menambah suasana romantis.

.

THE END

.

PLEASE LEAVE COMMENT FOR SUPPORT. Thanks for reading!

__YLS__

  1. Sujuelfgirl
    6 Mei 2012 pukul 11:55 pm

    Aw romantis.a siwon/maru

  2. 2 Juli 2012 pukul 11:11 am

    Romantisnya…
    Ceritanya berkesan. . Bagus banget .. 🙂

  3. lovelybummiee
    27 Agustus 2012 pukul 10:33 am

    romantis banget…………….bikin sequelnya donk

  4. 15 April 2013 pukul 1:53 pm

    It’s the best time to make some plans for the future and it’s time to be happy.
    I’ve read this post and if I could I wish to suggest you some interesting things or tips. Perhaps you can write next articles referring to this article. I desire to read more things about it!

  5. 25 Juni 2013 pukul 5:49 pm

    The amount of space that can be saved will provide maximum gains to the firm.

    Armed with your domain and keyword, you are now ready for the second stage.
    It is the perfect way for the visitors to join the email club of website or visitors can easily subscribe
    for company’s monthly newsletters.

  6. 17 Juli 2013 pukul 12:40 pm

    Save All Paperwork: Whatever paperwork arrives with your parts or which is provided from the seller should be maintained.
    It’s easy to use a fake IP address on i – Phone and i – Pad, but you need to know what you need the fake IP for. Therefore it’s better to always do the intelligent point and
    take these tips.

  7. 18 Juli 2013 pukul 4:30 pm

    Flash web designers will like the cost and the creativity of the Trendy Flash Site Builder.
    It’s easy to use a fake IP address on i – Phone and i – Pad, but you need to know what you need the fake IP for. Once safely at Thebes, though, the obelisks were brought to the temple at Karnak with much fanfare.

  8. 23 Juli 2013 pukul 11:23 pm

    Cheers to your PROFITmatic Turnkey Automated Internet Profit Center,.
    You might get one or more benefits of outline designer along
    with it is the ideal means to unleash the capacities.

    Net’s builder has been out for a little more than a year, yet it already helped more than 5,000 webmasters to create their online forms.

  9. 25 Juli 2013 pukul 9:45 am

    However, there are several online interfaces available where one needs to click on different types of options to
    send HTML code in email or to generate HTML code. There are many
    web designers who charge huge amount of money to do
    this job for you. You wont get a true imitation
    of your signature with this Android app, unless you can cleverly manipulate the mechanics behind its
    operation, but that is highly unlikely.

  10. 11 Oktober 2013 pukul 5:21 am

    Good daay I am so glad I found your website, I really found you by accident, while I was searching on Aol
    for something else, Regardless I am here now and would judt like to say
    thank you for a fantastic post and a all round exciting blog (I also
    love the theme/design), I don’t have time to read through
    it all at the minute but I have saved it and also added your RSS feeds, so
    when I have time I will be back to read much
    more, Please do keep up the awesome work.

  11. 22 November 2013 pukul 5:06 pm

    This allows the website to be more attractive and
    catchy. They will help you create stronger engaging
    articles and videos in your marketing campaign. Plus, the
    satisfaction of watching it turn on for the first time is something to behold.

  12. 13 Desember 2013 pukul 11:33 am

    Привет ! Я мог бы поклясться, что я посетило Ваш блог прежде,
    но после глядя на некоторые из статей Я понял, что это новое для меня .
    Во всяком случае , я конечно порадовал Я нашел , и я буду закладок его и перепроверять часто !

  13. 10 September 2014 pukul 11:43 am

    We are a gaggle of volunteers and opening a new scheme in our community.
    Your site offered us with helpful info to work on. You’ve done an impressive job and our entire
    neighborhood will likely be grateful to you.

  14. 14 September 2014 pukul 1:24 pm

    The objective is to understand how vital ART, or “Adaptive Resistance Training”
    is in reaching your full potential in the ring. You can clearly see that there
    are many pieces to the single leg takedown. When these
    affirmations are put into practice in private life as well as public
    life the entire world becomes simpler, easier, happier and more productive and so rewarding.
    You need to maintain a positive attitude – All this goes without saying no matter if you’re a
    business owner, a top executive or an employee.

  15. 25 September 2014 pukul 10:39 am

    They might be pretty high-priced, but you will
    be able to preserve a great quantity of time for coaching them.
    The biggest advantages of outsourcing bookkeeping services for businesses is that they don’t have to worry about hiring trained and efficient accountants and
    further create an in-house bookkeeping department. Therefore, they can ensure
    timely completion of your accounting and bookkeeping tasks, even overnight when needed.
    When you are starting out take into consideration is an excellent
    beginning to sell off general sterling silver rings, in that case there are certain issues that you have to find out.

  16. 29 September 2014 pukul 8:34 am

    Understand that speed is a great aspect to get tickets.

    We take great pride that our site users testify their experience dealing with Big – Stub.

    Handler grew up on the stage, starting her career as a standup comic and eventually moving to television with performances
    on HBO’s “US Comedy Arts Festival” and the “Montreal Comedy Festival. If you are nervous, try making a phone call, talking to friends, or looking at the concert program while entering the venue; this will help you to look more nonchalant.

  17. 18 Maret 2015 pukul 12:54 am

    Having read this I thought it was really enlightening.
    I appreciate you spending some time and effort to put this
    information together. I once again find myself personally spending a significant amount of
    time both reading and commenting. But so what, it was still
    worth it!

  1. No trackbacks yet.

Tinggalkan Balasan ke web page Batalkan balasan